ADVANCE.AI membuka kantor di Bengaluru dan Delhi
ADVANCE.AI memberikan solusi terkait transformasi digital, pencegahan penipuan, dan automasi proses
Startup bertujuan untuk melayani klien di bidang teknologi finansial, e-commerce, dan ritel
Setelah kebijakan demonetisasi 2016, saat timbul pro dan kontra di antara para ahli ekonomi di seluruh dunia terkait keputusan ini, satu gambaran jelas yang muncul setelahnya adalah posisi India sebagai pusat teknologi finansial. Didukung oleh upaya pemerintah seperti UPI dan meningkatnya ruang pinjaman, perbankan India dan segmen keuangan menjadi episentrum global dengan apresiasi yang datang dari berbagai pihak.
Namun, segmen yang sedang berkembang ini juga terganjal oleh tindak penipuan. Pada tahun finansial 2019, bank India melaporkan peningkatan penipuan sebesar 74% menjadi 71.543 Cr INR, menurut RBI. Jumlah kasus penipuan juga meningkat tajam terkait startup ini karena sebagian besar bank ini adalah mitra pemberi pinjaman dari banyak startup teknologi finansial.
Untuk mengatasi kasus penipuan ini, banyak startup yang memanfaatkan teknologi era baru seperti kecerdasan buatan (AI) membantu startup teknologi finansial, bank, dan NBFC untuk mengambil tindakan yang tepat. Perusahaan ADVANCE.AI yang berlokasi di Singapura ikut memerangi penipuan teknologi finansial di India.
Bagaimana tujuan ADVANCE.AI untuk menekan penipuan teknologi finansial?
Didirikan pada tahun 2015, ADVANCE.AI memberikan solusi terkait transformasi digital, pencegahan penipuan, dan automasi proses. Startup ini mengumumkan masuknya ke pasar India dengan peluncuran kantor di Bengaluru dan Delhi NCR untuk mendukung ekosistem teknologi finansial India. ADVANCE.AI juga berencana membuka kantor ketiganya di Mumbai.
Terkait dengan Inc42, Charles Zhang, manajer cabang ADVANCE.AI, India, mengatakan pada Maret tahun lalu, perusahaan tersebut meluncurkan produknya di India. Kasus penggunaan pertamanya adalah dalam memberdayakan lembaga keuangan dengan verifikasi antipenipuan berbasis AI dan teknologi pengenalan wajah. Teknologi ini membantu klien untuk mengautentikasi pengguna yang saat ini juga digunakan oleh startup India.
Produk andalan perusahaan ini, "Guardian", menawarkan solusi antipenipuan untuk meminimalkan risiko bagi klien. Alat ini menggunakan pengenalan wajah berbasis AI untuk mengidentifikasi individu dan memperingatkan klien jika sesuatu yang mencurigakan terdeteksi olehnya sehingga meminimalkan risiko. "Produk ini sebagian besar digunakan oleh klien yang menawarkan layanan keuangan seperti bank, startup teknologi finansial, lembaga keuangan nonperbankan, dsb., untuk menyelesaikan verifikasi identitas digital pelanggan mereka. " ungkap Zhang.
Ia mengatakan perusahaan menggunakan teknologi pengenalan wajah yang canggih, serta teknologi anti-spoofing. Platform ADVANCE.AI dapat mengetahui apakah pemohon adalah orang yang sama seperti yang ditunjukkan pada bukti identitas atau tidak.
ADVANCE.AI mengklaim bahwa "Guardian" memberikan 99% akurasi untuk kemampuan verifikasi identitas digitalnya berdasarkan pengenalan wajah. Baru-baru ini, Reserve Bank of India (RBI) telah mengumumkan solusi KYC berbasis video sebagai opsi untuk menetapkan identitas pelanggan. Solusi ADVANCE.AI juga dapat berguna dalam menyelesaikan verifikasi identitas digital pengguna melalui panggilan video.
Selain itu, startup ini juga menawarkan layanan konsultasi AI dengan nama "Booster". Ada juga, "Advance Connect" yang memberdayakan klien dengan pemasaran bertarget yang memanfaatkan data mitra yang ada menggunakan AI.
Potensi di India
Setelah sukses di Singapura, startup tersebut merambah ke Filipina dan Vietnam. Pada Maret 2019, ADVANCE.AI meluncurkan produknya di India. ADVANCE.AI mengklaim mencapai pertumbuhan 350% secara basis tahunan dalam volume panggilan API dan pertumbuhan 400% pada klien perusahaan. "Pada tahun lalu, perusahaan telah membawa lebih dari 100 klien. Kita bisa melihat, model pertumbuhan secara basis bulanan dua kali, tiga kali, atau bahkan empat kali lipat di India," tambah Zhang.
Zhang mencatat bahwa startup pertama kali membangun kredibilitasnya di pasar dan kemudian meningkatkan operasinya. "Kami mulai bekerja dengan bank dan raksasa pembiayaan konsumen utama seperti, Home Credit, yang berlokasi di Belanda," tambahnya.
Dengan kerja sama ini, perusahaan secara bertahap membangun reputasi dan sekarang bertujuan untuk tumbuh secara agresif di India.
Zhang mengatakan bahwa India memiliki penetrasi kartu kredit yang rendah dan hanya 25% warganya yang memiliki riwayat kredit. Artinya masih banyak penduduk yang masih mendapat akses layanan finansial, tetapi terbatas (underbanked) yang menjadi peluang bagi para pelaku teknologi finansial maupun bagi perusahaan seperti ADVANCE.AI yang menyediakan layanan kemitraan bagi perusahaan tersebut.
Peluang dalam Teknologi Finansial Pinjaman
Setelah memasuki India tahun lalu, ADVANCE.AI mengambil langkah kecil untuk memahami pasarnya. Zhang ingat bahwa mereka mencoba mencari tahu kebutuhan dasar pelanggannya dan berinvestasi dalam meningkatkan dan menyesuaikan rangkaian produk yang sesuai dengan pasar India.
"Setelah beberapa bulan di India, kami menyadari bahwa peluang nyata hadir di ruang pinjaman konsumen," kata Zhang. "Ada ratusan perusahaan teknologi finansial pinjaman baru dan NBFC era baru yang berkembang dan tumbuh di pasar ini. Pinjaman digital adalah salah satu dari sedikit titik terang dalam perekonomian India. Jadi kami meyakini kesempatan ini."
Setelah itu, perusahaan mulai banyak berinvestasi dalam pemasaran. Hasilnya, perusahaan bisa mendapatkan klien dari startup pinjaman termasuk CASHe startup pinjaman yang berlokasi di Mumbai. "Pertumbuhan kami terus berlanjut meskipun terjadi pelambatan ekonomi saat ini di tengah situasi virus corona," kata Zhang.
Menurut Zhang, pasar India terbilang mirip dengan pasar Asia Tenggara lainnya, seperti Indonesia. Kedua negara ini memiliki persentase usia produktif dalam jumlah besar, tetapi jumlah populasinya jauh lebih besar di India dibandingkan Indonesia, mengingat India memiliki pasar lima kali lebih besar dari Indonesia.
Selain itu, dia yakin India memiliki sistem keuangan yang lebih baik dan sistem regulasi yang lebih matang.
Untuk perjalanan di India, startup ini menunjuk Darshan Shah sebagai Kepala Penasihat pada Januari 2020. Shah memiliki lebih dari 20 tahun pengalaman dalam penilaian kredit, data alternatif, dan pinjaman digital di perusahaan seperti TransUnion CIBIL dan Experian.
Zhang percaya bahwa ada banyak kebutuhan yang belum terpenuhi dalam hal penerapan segmen AI dan big data dalam industri teknologi finansial India. Startup ini juga ingin memanfaatkan pembelajaran dan pengalamannya yang diperoleh dari Asia Tenggara untuk melampaui domain keuangan untuk menawarkan solusi berbasis AI untuk ritel, e-commerce, dan segmen lainnya.